Senin, 05 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 11]

“Kita akan melakukan penyerangan jelang tengah malam.” jawab Joyo Dento. “Ketika mereka lengah dan baru saja menuju tempat tidur untuk bercengkrama dengan mimpi-mimpinya.”

“Ya, saya setuju!” ujar Loro Gempol diiringi tawanya yang berderai. “Hai, para pasukan gelap sewu! Andika dalam penyerangan nanti jangan ragu-ragu untuk membunuh. Tidak perlu kalian mengasihani musuh sebelum mereka bertekuk lutut!”

“Siap!” jawab pasukan gelap sewu serempak.

“Hahaha…bagus jika andika semua sudah siap! Kita akan bergerak dan bertindak sesuai rencana yang telah disusun Joyo Dento.” terang Loro Gempol. Mereka percaya sepenuhnya pada setiap nasehat Joyo Dento.

Malam semakin larut, udara terasa semakin dingin, mengusik pori-pori kulit meski berpakaian tebal tetap terasa. Meski berada dalam ruangan tetap angin malam menyelinap melalui lubang-lubang angin yang membentengi pendopo Kademangan Bintoro.

Di ruang pendopo Kademangan Bintoro tampak Ki Demang, Ki Sakawarki, ulama yang dianggap berilmu paling tinggi di Kademangan, juga beberapa santrinya, dan ditambah beberapa prajurit senior.

“Itulah hasil perundingan saya dengan para wali dan ulama di masjid Demak, Ki Sakawarki.” ujar Ki Demang Bintoro.

“Jika memang demikian keputusan sidang para wali, insya allah saya mulai besok akan melakukan penyelidikan yang lebih mendalam tentang ajaran Syekh Siti Jenar.” ujar Ki Sakawarki.

“Mohon maaf, Guru.” ujar Santri penuh hormat, “Menurut yang saya ketahui, sesungguhnya bukan hanya rumor. Namun benar bahwa ajaran Syekh Siti Jenar yang menyesatkan telah tersebar di Kademangan Bintoro.”

“Benarkah?”

Bersambung……….