Senin, 05 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 12]

“Benar, Guru. Kemarin saya melewati pasar, di sana banyak orang miskin yang berbicara ngelantur. Serta dari mulutnya komat-kamit menyebut nama syekh Siti Jenar.”

“Apa yang dibicarakannya?” Ki Sakarwaki menyapu wajah santri dengan tatapan matanya, “Ngelanturnya seperti apa sehingga andika menyimpulkan sesat?”

“Mereka berbicara bahwa hidup itu lebih indah dari pada mati. Tidak ada artinya kita hidup jika hak kita dirampas oleh penguasa Demak. Hidup untuk mati, mati itu indah, hidup Syekh Siti Jenar!” ki santri berhenti sejenak, “Itulah yang saya dengar dan lihat, Guru.”

“Mati itu indah? Celaka!” Ki Sakawarki terperanjat.

“Yang paling celaka, mereka telah berani mengatai bahwa hak hidup mereka dirampas oleh penguasa Demak.” Ki Demang tersentak, mukanya berubah angker, “Beraninya Syekh Siti Jenar mengajari rakyat Kademangan Bintoro untuk berkata lancang! Jelas selain menyesatkan juga punya tujuan makar terhadap pemerintahan yang syah.”

“Benar pendapat, Ki Demang!” Ki Sakawarki mengaggukan kepala, tangannya terkep[al giginya gemeretak. “Sudah sepantasnya kita mengadakan tindakan dengan segera!”

“Ya, Ki Sakawarki. Saya kira alasan seperti itu sudah cukup untuk melakukan penangkapan terhadap Syekh Siti Jenar dan pengikutnya.” Ki Demang Bintoro bangkit dari duduknya, tangannya dikepalkan sekuat tenaga. “Karena mereka telah melakukan dua kesalahan. Pertama menyampaikan ajaran sesat, kedua telah berani mempengaruhi rakyat untuk berbuat makar.”

“Apakah kita akan langsung menangkap Syekh Siti Jenar? Atau segera melaporkan hal ini pada Para Wali dan Raden Patah?”

“Sebelum melaporkan ke kerajan Demak dan para Wali sebaiknya kita melakukan penangkapan terlebih dahulu pada pengikutnya. Agar pelaporan kita disertai oleh bukti yang meyakinkan.” ujar Ki Demang. “Besok pagi saya akan memerintahkan beberapa orang prajurit untuk melakukan penangkapan! Saya minta agar Ki Sakawarki beserta para santri menyertainya!”

“Baiklah, Ki Demang. Besok pagi akan saya kerahkan para santri menyertai para prajurit kademangan untuk melakukan penangkapan.”

Bersambung……………