Rabu, 14 September 2011

> Atheis itu Indah

Ada Seorang atheis yang sudah hampir meninggal berwasiat kepada ahli warisnya, agar kalau ia mati jasadnya dibakar dan abunya disebar di lautan luas.  Menyaksikan sakratul maut sang ayah, Keluarganya amat sedih, mendengar wasiat ini pun hatinya bertambah sedih.  Tetapi, apa boleh buat wasiat harus tetap dijalankan.  Setelah meninggal dunia, maka keluarganya pun membakar jasad yang sudah kaku itu sampai jadi abu.  Kemudian, sesuai pesan mendiang, maka abunya juga disebarkan di lautan.

Si Atheis ini melakukan hal yang demikian, karena rasa takutnya kepada Tuhan yang sangat besar.  Setelah menjadi abu, mana mungkin Tuhan akan menyiksa lagi tubuhnya yang sudah jadi abu dan disebar di lautan.  Ia mengira Tuhan tidak mampu berbuat menyatukan kembali tubuh yang sudah jadi abu tadi.  Perkiraan yang sederhana dan sangat naif.

Tetapi, setelah abunya tak berbekas dibawa air laut yang deras, maka keluarganya kembali ke rumah dengan hati teriris2 dan sangat sedih.  Dan Tuhan pun menyatukan kembali Tubuh si atheis tadi.  Lalu bertanya, mengapa ia tega melakukan ini semua, padahal itu telah membuat hati keluarganya menjadi sangat sedih.  Maka ia pun menjelaskan, bahwa ia lakukan itu karena rasa takutnya yang sangat kepada Tuhan.  Sebetulnya tanpa ditanya pun Tuhan Yang Maha Mengetahui juga sudah tahu.  Maka, akibat rasa takutnya yang demikian besar kepada Sang Pencipta, maka dosa2nya  si Atheis diampuni oleh Tuhan dan ia diijinkan masuk ke dalam surga, dengan Rahmat Tuhannya.

Takut kepada Tuhan Sang Pencipta adalah modal dasar seseorang untuk taat kepada Tuhan.  Sedangkan, Atheis yang katanya tidak mengaku adanya Tuhan itu, sebenarnya di dalam hatinya ada sedikit iman.  Ada sedikit kepercayaan kepada Tuhan di dalam hatinya mengakibatkan ia boleh masuk surga.

Saya bukannya menganjurkan pembaca untuk menjadi Atheis ya !!!

Lagian naif banget sih hanya baca yang kayak beginian kok mau2 nya jadi atheis.  Memangnya ngaji dimana ?  Kok gampang bener tergoda rayuan “profesor lebai”.  Rasa takut kepada Allah ini hanya allah saja dan dirinya yang tahu.  Kalau rasa takutnya cuma pura2, mana boleh berpura2 dengan Allah.

Rasa takut yang sangat besar kepada Allah juga dipunyai para sahabat Nabi Muhammad saw.  Nah kalo mau nyontoh, contohlah para sahabat Nabi. Mereka adalah laksana bintang di langit.  Kamu tidak akan dapat mencapainya, tetapi setidaknya dapat dijadikan pedoman hidup agar tidak tersesat.

Sahabat yang bernama Ali ra, jika mendengar azan, maka tubuhnya menjadi pucat saking takutnya kepada Allah.  Karena takut yang demikian besar, maka shalatnya pun menjadi khusu’.

Suatu hari ia pulang ke rumah istrinya, Fatimah, didapatinya dapurnya tidak mengepul.  Dilihatnya penggilingan gandum tidak ada lagi tersisa gandum yang akan digiling.  Maka ia pun pergi ke mesjid dan shalat dua rakaat.  Kemudian pulang ke rumah.  Ditengoknya dapur serta penggilingan gandum.  Belum ada apa2.

Ia pun balik lagi ke mesjid, shalat lagi dengan memperbarui wudhuknya.  Ia pun berusaha Shalat dengan khusu’   Setelah itu kembali lagi ke rumah, ditengoknya belum ada apa2.  Ia pun kembali lagi ke mesjid, shalat lagi dua rakaat.  Kemudian kembali lagi ke rumah.

Kali ini ada keajaiban, penggilingan gandum itu berputar sendiri dengan mengeluarkan gandum yang bersih, lebih bersih dari biasanya.  Ali ra bertanya kepada istrinya apakah ia sedang menggiling gandum ?  Ternyata tidak.  Maka setelah penggilingan itu cukup banyak juga memberinya gandum.  Ditengoknya penggilingan itu, dan berhentilah ia berputar.

Kejadian aneh itu ia ceritakan kepada Nabi.  Kata Nabi, kalau saja penggilingan itu tidak kamu buka, maka ia akan berputar terus hingga hari kiamat.  Itu adalah kerja Allah dari hasil shalatnya yang khusyuk.  Shalat yang khusuk dapat mendatangkan pertolongan Allah.

Ketika ia terpanah, dan seseorang akan mencabutnya, maka ia minta anak panah itu dicabut saat ia sedang shalat.  Ali ra ketika sedang shalat  tidak merasakan sakitnya anak panah yang sedang dicabut.

Abu Bakar ra karena takutnya kepada Allah, ketika ada burung yang sedang lewat berkata :  Wahai burung, alangkah enaknya engkau, pagi2 keluar dari sarang, mencari makan sampai petang, tetapi engkau tidak akan dihisab.  Ketika ia melihat rumput, ia juga berkata,  alangkah baiknya kalau aku jadi rumput saja.

Ketika ayat yang berbunyi :  “sesungguhnya neraka itu bahan bakarnya adalah batu dan manusia”.  Maka seorang tua telah mati akibat terkejut.  Kemudian Nabi mengusapnya wajahnya, terbangunlah ia, dan disuruh mengucapkan dua kalimat syahadat.  setelah itu ia mati betulan, tidak bangun2 lagi.  Kata Nabi, ia masuk ke dalam surga akibat dari rasa takutnya kepada Allah yang besar.

Ketika ada angin kencang, Nabi dan para sahabat  selalu pergi ke mesjid untuk berdoa, karena takut kalau2 hari akan kiamat.  Begitulah rasa takut para sahabat Nabi kepada Allah swt, menyebabkan mereka sangat khusuk dalam beribadah.  Kadang dalam shalat mereka menangis.  Bukan menangis karena dosanya banyak, atau amalnya sedikit.  Tetapi menangis karena takut dan cinta yang bercampur aduk menjadikan taqwa kepada Allah.