Kamis, 15 September 2011

> Agama Saya adalah Krislam Budha

Tulisan ini terlarang bagi penganut agama yang fanatik. Karena itu mohon untuk tidak melanjutkan membaca tulisan ini. Kecuali jika anda sudah terbiasa ATAU memang ingin berpikir terbuka dan realistis.

Perlu saya tegaskan, tulisan ini merupakan sebuah perjumpaan esensi dari  agama Islam, Kristen dan Buddha. dalam pemahaman saya. Karena itu saya menyarankan anda untuk membaca dulu dua tulisan kunci saya terkait dengan topik ini. Dimana kedua tulisan itulah yang berujung pada agama  baru yang saya rintis ini. Jika tidak, saya jamin anda akan mengalami kecelakaan pemahaman. PASTI.

Kedua tulisan itu adalah:



Agama Saya Krislam

Ajaran Buddha adalah Spritualitas Atheis


Nah, jika sudah maka tulisan ini tidak perlu saya ulur menjadi bertele-tele hingga 15 halaman. Karena itu saya tinggal menulis simpul-simpul yang menjadi titik temu ketiga agama ini dalam pandangan saya:
Pertama, Agama Kristen

Esensi Kekristenan dalam penghayatan saya adalah misi Yesus sebagai juru selamat untuk SEMUA manusia. Kenapa untuk semua manusia? Karena inti ajaran Yesus adalah cinta kasih dengan sesama. Dalam pemahaman saya tidak ada manusia yang tidak mendambakan cinta kasih. Tidak ada manusia yang tidak ingin damai dan sejahtera. Kecuali jika manusia itu adalah mahkluk jadi-jadian seperti tuyul atau cindaku.

Nah, karena ajaran cinta kasih itulah yang memungkinkan ajaran Kristen relevan untuk semua manusia. Dan itulah dimensi Universal ajaran Kristen dalam pemahaman saya.

Soal Trinitas, yang selalu menjadi sasaran kritik sebagian besar umat Islam (fanatik), bagi saya itu hanya soal turunan. Soal penafsiran teologis. Yaitu bagaimana memahami relasi Tuhan (Being/RealitasAbsolut) dengan alam (manusia). Bagaimana memahami MENDAGINGNYA Tuhan di bumi, dalam realitas, dalam lokus kontekstualnya.

Dan Trinitas? Juga bukan satu-satunya model Teologi dalam agama Kristen. Ada sekian aliran juga dalam Kristen menyangkut masalah Teologi ini, walaupun saya tidak hafal. Dan itu akan tetap menjadi pilihan setiap aliran sesuai pemahaman dan keyakinannya.

Tapi yang jelas, bahwa umat Kristiani harus saling cinta kasih dengan sesama dan tetap dalam rangka menyembah Tuhan yang Satu (Bapa), walaupun dengan cara dan penghayatan yang bebeda, tidak terbantah. Karena Kristen, pada intinya juga ajaran yang menganut Monotheisme. Juga menganut konsep Tuhan (Bapa) yang SATU.

Kedua: Agama Islam

Sejauh pemahaman saya, inti dari ajaran Islam adalah ajaran yang membawa keselamatan. Kata Islam sendiri artinya adalah selamat dan pasrah. Atau hanif bila merujuk pada visi Nabi Ibrahim. Yaitu ajaran yang selalu terarah pada KEBENARAN. Yang selalu pasrah dan menyerahkan diri pada Tuhan. Dalam hal ini adalah Kebenaran Uinversal. Dan kata kunci yang menegaskan akan hal ini adalah Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dimana Islam itu rahmat bagi seisi alam.

Nah, kenapa Islam bisa menjadi rahmat bagi semua manusia? Atau bagi seisi alam? Karena visi Islam adalah nilai-nilai Kebenaran Universal, yaitu mengacu pada nilai-nilai saling tolong menolong, saling menghargai, saling mengasihi, saling berlaku adil dan seterusnya. Dan saya berkeyakinan tidak ada manusia yang tidak merindukan nilai-nilai moral Universal seperti ini. Kecuali manusianya sudah berubah menjadi manusia jadi-jadian alias tuyul sekedar bernama manusia.

Jadi Islam dalam pemahaman saya bukan kata benda, bukan wilayah, bukan kelompok. Tapi adalah nilai-nilai. Karena itulah dia menjadi Universal. Dan karena itulah dia menjadi cocok untuk semua manusia, yang ujung-ujungnya menjadi rahmat bagi semua manusia dan seisi alam. Ini visi Islam.

Sedangkan soal konsep Teologis, seperti juga saya singgung pada agama Kristen di atas, hanya soal pemahaman dalam menghayati Ketuhanan. Dan itu sudah tidak terhitung banyaknya model Teologi Islam disepanjang sejarah Islam hingga kini. Dan keragaman telogis itu adalah suatu keniscayaan. Karena hal itu sangat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti latar belakang pendidikan, ekonomi sosial budaya dan sebagainya. Tapi bahwa Islam mengajarkan nilai-nilai Kebenaran Uinversal itu sudah tidak bisa dibantah. Entah kalau ada di luar pengetahuan saya.
Ketiga: Agama Buddha:

Sejauh pemahaman saya, visi ajaran Buddha adalah adalah menuju Nirvana. Menuju pencerahan. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan melepaskan diri dari segala belenggu pikiran. Karena hidup dalam konsep Buddhisme adalah dukkha. Adalah penderitaan. Adalah samsara. Dan realitas penderitaan itu tidak bisa ditolak. Tapi hanya bisa diatasi dengan membebaskan pikiran dari rasa menderita. Yaitu dengan jalan moksa. Melepaskan segala harapan, atau nafsu dalam istilah Islam, atau kedagingan dalam istilah Kristen. Singkatnya manusia tidak boleh MELEKAT pada segala sesuatu. Pikirannya harus kosong, meskipun secara zahir manusia tetap harus memenuhi segala kebutuhan fisik-ragawinya. Tapi secara rohani? Manusia tidak boleh terjebak. Sejauh yang saya pahami inilah yang dikenal dengan istilah prinsip KETIDAKMELEKATAN.

Sedangkan secara Teologis, Buddha tidak mengenal konsep Tuhan. Ini bukan berarti Buddhisme sebagai ajaran yang menolak dengan tegas adanya Realitas Absolut (Being), seperti yang terjadi pada Atheisme. Tapi dalam pemahaman saya lebih sebagai sikap DIAM. Dalam arti tidak mau terjebak oleh carut marut metafisis. Karena Tuhan, Realiatas Absolut itu tidak terkatakan. Karena manusia hanya bisa memahami gejala-gejala yang fenomenal. Karena itu ajaran Buddha lebih menekankan pada PRAKTEK. Lebih bersifat pragmatis. Atau lebih menekankan pada amal dalam istilah Islam.

Dan sikap seperti ini sebenarnya juga terdapat pada Islam. Dimana Tuhan itu juga sesuatu yang diluar jangkauan manusia. Dia tidak jauh dan juga tidak dekat. Dia tidak hanya diluar (transenden) dan juga tidak hanya didalam (imanen). Dia tidak hanya personal dan juga tidak hanya impersonal. Jadi Tuhan itu serba paradox dalam sudut pandang manusia. Karena manusia selalu dibatasi oleh perspektif kemanusiaanya (sudut pandang). Dan apa yang disebut dengan sifat-sifat Tuhan (Asmaul husna) hanyalah sebagai jembatan pemahaman agar manusia mudah memahaminya, sekaligus agar Tuhan (Realitas Absolut) itu bisa disentuh oleh rasa kemanusiaan.

Begitu juga dengan konsep Trinitas dalam Kristen. Dimana Tuhan Bapa (yang abstrak) akan sulit dipahami apalagi dirasakan kehadirannya dalam kesadaran manusia tanpa adanya Yesus yang mendaging atau menjadi Tuhan Anak di bumi. Dengan kata lain, baik dalam Islam maupun Kristen, Tuhan mengalami proses pemanusiaan. Atau mengalami proses antrophormisme. Yaitu menggambarkan Tuhan dan kehadirannya seperti sifat-sifat manusia dan memahami relasi Tuhan sebagaimana model relasi antar sesama manusia. Jika tidak, maka Tuhan akan menjadi sangat abstrak dan berjarak.

Tapi Buddhisme, dalam hal ini mengambil sikap yang tegas. Karena relatifnya pemahaman manusia, maka konsep Buddhisme lebih memilih sikap DIAM. Nirvana. Kosong. Perjuangan spiritual seorang Buddhis menemukan maknanya ketika bisa mengosongkan ego diri (deontologis). Dan secara ontologis, pada hakikatnya, bagi saya ini sama juga artinya manusia bersatu dengan hakikat Diri terdalam. Dan itu juga penubuhan Roh Tuhan dalam kesatuan Kosmik.

Jadi, kesimpulan saya, perdebaan antara ketiga agama ini hanya pada penafsiran. Bagaimana menafsirkan Sang Ada. Dan bagaimana sikap akan hal itu. Meminjam bahasa Filsafat Perennial, ada kesatuan agama ditingkat makna. Ada Kebenaran Universal (Absolut). Tapi sekaligus ada perbedaan penampakkan ADA itu dalam reliatas dunia (kebenaran relatif). Bila dipandang pada detailnya akan tampak BERBEDA (bukan BERLAWANAN). Tapi bila dipandang esensinya, maka akan tampak KESAMAAN atau KESATUAN. Ini mirip dengan skema Piramida. Puncak piramid itu adalah Sang Ada (Being, Realitas Absolut, Tuhan, dst). Tapi dikaki piramid adalah pancaran dari Sang Ada. Meminjam ungkapan Plato:

Hanya ada satu kursi di langit
Tapi ada banyak kursi di bumi

Lebih kurang begitulah saya memahami ketiga agama ini.
Karena itu meskipun secara legal formal saya seorang yang beragama Cinta Kasih, tapi secara esensinya, saya mengaminkan ketiga agama ini secara serentak. Inilah yang saya sebut sebagai Krislam-Buddhisme.
So, apa yang anda pikrikan?

(Maaf, anak-anak dilarang masuk)