Rabu, 07 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 64]

“Tidak perlu beranjak, Pangeran.”

“Kanjeng?” tercengang, melihat Sunan Bonang telah berada dibelakangnya.

“Kanjeng Sunan Bonang?”

“Menyingkirlah!”

“Tapi dia menghunus keris?”

“Saya tahu,”

“Baiklah, hati-hati Kanjeng!”

“Syekh Siti Jenar dan muridnya ketakutan…” gegamannya semakin kuat, keris bergetar, “…kalian akan kucabik-cabik makhluk sesat!”

Ujung keris menyambar dada Sunan Bonang yang tak beranjak. Pemandangan mengerikan menyebabkan merindingnya bulu kuduk Pangeran Bayat dan Sunan Kudus, keduanya tidak kuasa menahan tatap. Apalagi mereka paham keris Pangeran Modang, selain mengandung racun bukanlah senjata sembarangan.

Ketika kembali keduanya membuka pandang, tercengang terkaget-kaget. Pangeran Modang sudah duduk bersimpuh dihadapan Sunan Bonang, bahu kananannya berkali-kali ditepuk.

“Itulah yang telah terjadi pada diri Pangeran,”

“Mengapa saya harus mengalami kejadian yang sangat menghinakan dan memalukan?”

“Ketahuilah, Pangeran! Kita tengah berada di padepokan

Syekh Siti Jenar.”

“Saya tahu. Mengapa itu terjadi?”

“Ya, karena kita berada di padepokan ini.”

“Lantas apa kaitannya dengan peristiwa yang saya alami?”

“Sadarilah Pangeran, ilmu batin yang dimiliki lawan kita meliputinya.”

“Jadi saya kena pengaruh sihirnya? Mengapa harus saya? Sementara yang lainnya tidak?”

Bersambung…..