Rabu, 07 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 71]

“Benar, semuanya hanya manusia yang mengada-adakan.”

“Jika itu menurut andika benar, maka begitu pula menurut banyak orang .  Tidak perlu heran banyak yang mengejar kedudukan, kekayaan bahkan menjadi raja sekali pun karena ingin dihormati dan memiliki kekuasaan untuk mengatur sesuai keinginannya. Dalam genggagaman kekuaasaan apa pun akan terlahir jadi benar.”

“Benar macam apa jika itu yang terjadi?”

“Benar menurut yang menganggap benar. Meski terkadang batin pun menentangnya….”

“Bukankah pertentangan yang terjadi dalam batin sendiri yang membenamkan kita ke dalam perasaan gusar?”

“Ya, Ki Ageng. Termasuk di dalamnnya perasaan takut kehilangan kekuasaan?”

“Mungkinkah penangkapan guru kita terkait perasaan gusar dan ketakutan….”

“Sudahlah. Saya kira tidak hanya Syekh Siti Jenar yang akan ditangkap termasuk saya….atau juga kita….”

“Tidak adil seandainya itu berlaku pada kita.”

“Mengapa tidak adil? Bukankah sudah kita urai mengenai alasannya.”

“Jelas tidak adil jika memang itu harus terjadi,”

“Itu harus terjadi.”

“Tidak adil!”

“Apakah andika menyangka bahwa manusia itu akan selalu adil?”

“Andai hal ini terjadi saya kira tidak….”

“Percayalah pada pemilik keadilan, Dia-lah Yang Maha Adil. Sedikit pun kita dihadapannya tidak akan merasa terzalimi atau menganggap tidak adil. Dia-lah pemilik mutlak keadilan….” tidak ada raut duka,  “Tidaklah mesti berharap banyak dari manusia, ketika dalam keadaan mabuk…..”

“Mabuk?”

Bersambung….