Jumat, 30 September 2011

> Jilbab Pakaian yang Merusak Agama Islam

Benarkah jilbab sesuatu yang Islami?

Masih teringat bagi saya sekitar 15 tahun yang lalu, bagaimana reputasi jilbab masih anggun bagi umat Islam, sehingga lazim terjadi untuk menebak baik tidaknya seorang wanita bisa langsung ditakar dengan jilbab. Wanita berjilbab cendrung dapat dipercayai. Begitu seorang laki-laki muslim mencari jodoh, rata-rata orang tua menasehati agar mereka mencari wanita yang berjilbab. Saya pun sebelum menikah juga sempat dinasehati nenek saya demikian. Singkatnya jilbab adalah sebuah lambang kebaikan bahkan keimanan seoarang wanita Islam.

Meskipun demikan, kenapa begitu susahnya untuk menganjurkan semua wanita Islam untuk memakai jilbab, apalagi dikalangan remaja? Begitu mahalnya kesadaran memakai jilbab ini, maka jika terlihat seorang wanita yang baru memakai jilbab, maka itu adalah sebuah pemandangan yang menajubkan, sehingga muncul banyak pertanyaan: Kenapa ia telah memakai jilbab? Ada apa gerangan?

Saat itu, memang tidak mudah bagi seorang perempuan memutuskan untuk memakai jilbab, karena konsekuensinya cukup banyak dan saling terkait, lebih dari sekedar menukar pakaian biasa. Karena tidak mudahnya, maka sebelum memakai jilbab seorang perempuan akan berpikir berulang kali dalam waktu yang cukup lama sampai akhirnya memutuskan akan memakai jilbab. Karena waktu itu jilbab dianggap umat Islam sebagai simbol kesadaran, simbol rahmat dan hidayah Tuhan, karena memang tidak semua wanita tergerak hatinya untuk memakai jilbab.

Sebelum seorang wanita beralih memakai jilbab maka ia tetap dinilai sebagai seorang muslimah yang belum sadar. Tetapi sebaliknya bila ia sudah memakai jilbab maka spontan alam bawah sadar umat Islam meyakini bahwa ia telah menjadi muslimah yang sadar dan baik, meskipun satu dua diantara mereka juga ada yang menggunakan jilbab sebagai kedok. Tetapi rata-rata wanita yang memakai jilbab saat itu biasanya memang berprilaku sebagai wanita yang feminim sebagaimana gambaran wanita ideal dalam pandangan Islam konvensional. Singkatnya, jilbab waktu itu diyakini bukan sekedar pakaian biasa, melainkan sebuah pakaian yang menyandang sakralitas keagamaan.

Dan kini, tampakanya jilbab sedang mencapai kejayaannya. Jilbab sedang mengalami revolusi besar-besaran, baik dari segi jumlah maupun statusnya. Dimana-mana hari ini ditemui umumnya wanita Islam sudah memakai jilbab. Di kalangan remaja wanita yang dulunya enggan memakai jilbab, karena dulu dianggap kolot dan kampungan, kini trendnya justru sudah terbalik. Justru tidak memakai jilbab dianggap tidak gaul.

Beberapa sekolah, mulai tingkat SD sampai SLTA telah menganjurkan bahkan ada yang mewajibkan murid-murid wanitanya memakai jilbab. Boleh diakatakan apa yang diinginkan orang-orang dahulu sudah tercapai, yaitu bagaiamana suatu saat nanti semua wanita muslim hendaknya memakai jilbab.

Tatapi pertanyannya kemudian adalah benarkah harapan itu sudah terpenuhi sesuai harapan mereka? Sesuai visi atau nilai-nilai moral yang terkandung dibalik jilbab tersebut? Adakah korelasi jilbab dengan agama atau keimanan? Atau hanya sekedar trend busana masa kini?

Tidak mudah untuk menjawab semua pertanyaan ini.
Tapi kalau ditanyakan pada saya, buka jilbab anda.
Saya suka transparant. (Sssstttt …. Ini khusus untuk orang dewasa).
Hati-hati memahami tulisan ini, jangan sampai terpeleset!