Rabu, 07 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 68]

“Lantas sesungguhnya memang ada orang yang berencana ingin merampas kekuasaan dari tangan Raden Patah?”

“Bisa ya, bisa juga tidak….”

“Mengapa dugaannya demikian?”

“Kecurigaan biasanya muncul dari perasaan takut. Barang tentu akan mencurigai siapa saja yang patut dicurigai, lalu dipertautkan satu sama lain. Andai pertautan itu ada mata rantai yang terputus, maka tentu saja yang terputus itu terkadang dipaksakan menurut lamunannnya….”

“Mungkinkah karena Ki Ageng Pengging sendiri masih keturunan Majapahit, sudah tentu berdarah biru. Setidaknya kedekatannya dengan guru kita?”

“Entahlah,”

“Lalu…”

“Jika tidak mencurigai dan tidak takut kehilangan maka akan berlaku tenang. Bukankah segala sesuatu yang berada pada genggaman manusia pada suatu ketika akan kembali diambil pemiliknya, termasuk jiwa manusia itu sendiri?”

“Tentu saja kita paham itu, Ki Ageng.”

“Andai mereka paham yang kita pahami tentu akan berlaku tenang,  sudah tidak perlu lagi mencurigai apalagi melakukan penangkapan…..”

“Sudahlah! Bukankah kita pun salah?”

“Apa kesalahan kita? Kita tidak punya niat sedikitpun untuk menggulingkan kekuasaan bukan?”

“Benar. Maksud saya salah karena telah berburuk sangka…”

“Saya kira bukanlah berburuk sangka tetapi menduga-duga tujuan mereka yang selalu menyeret-nyeret kita untuk dipersalahkan.”

Bersambung…………