Kamis, 08 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 90]

Kita sudahi dulu masa waktu jenar belum ditangkap, kita kembali lg ke topik penangkapan siti jenar, mangga dipun semak malih....Ketiganya mematung di tepi jalan perkampungan Pengging, menyatu dengan hembusan angin. Nafasnya menyambangi beragam bebauan, selain pepohonan, juga lalu-lalang para petani yang beranjak dari ladang dan sawah.

Roda pedati melaju pelan ditarik sepasang kerbau, ditunggangi lelaki bertubuh gempal, tinggi besar. Matanya yang beringas kemerah-merahan memandang tajam Kebo Kenongo serta kedua rekannya.

“Haha…mungkin ini orang yang saya cari selama ini.” gumamnya. Pedati dihentikan, “He, benarkah kalian orang berjubah mengenal Gusti Alloh?” teriaknya.

“Siapa andika Kisanak?”

“Dasar orang bodoh! Ditanya malah balik bertanya,”

“Turunlah dari pedati. Kemarilah jika ingin berbincang tentang Gusti Alloh?”

“Saya bukan ingin berbincang tentang Gusti Alloh tetapi ingin ketemu Gusti Alloh kalian. Katanya orang berjubah itu memiliki Gusti Alloh. Sedangkan saya tidak…semuanya omong kosong. Tidak bisa dibuktikan orang-orang bodoh!”

“Andika tidak memiliki sopan santun malah berteriak-teriak dari atas pedati!” Ki Donoboyo mendekat, menepuk punggung kerbau. Hingga melonjak dan hendak berlari.

“Apa yang andika lakukan, keparat!?” penunggang loncat dari pedati, tersungkur di tanah.

Sepasang kerbau yang hendak berlari dihentikan dengan genggaman tangan Ki Donoboyo. Pedati pun selamat tidak sampai tersungkur. Pemiliknya merasa kaget dengan kekuatan yang dimiliki lawannya.

Perlahan bangkit serta mendekat, meski hatinya tetap meremehkan tetapi kini lebih berhati-hati, meski pun dirinya merasa bertubuh besar dan tinggi.

“Apakah kalian ini yang disebut wali songo?”

“Bukan, kami murid-murid Syekh Siti Jenar.” Ki Donoboyo berdiri tegak, matanya yang tajam menerjang sorot beringas kemerah-merahan.

“Haha…yang menganggap dirinya wali ke sepuluh. Yang paling bodoh dan tolol mengaku telah manunggal dengan Gusti Alloh, wali songo saja yang mendapat tempat dalam keluarga penguasa Demak penyembah Gusti Alloh tidak demikian.”

“Syekh Siti Jenar tidak menganggap dirinya wali ke sepuluh. Mana mungkin ada wali ke sepuluh Demak saja hanya mengakui wali songo? Tidakkah andika lebih bodoh dari kerbau…” tatap Ki Donoboyo. “…andika yang lebih dungu dari kerbau membodoh-bodohkan mereka yang berilmu. Apa mau andika sebenarnya? Siapa andika?”

“Apa iya…” pegang-pegang kepala. “Bodoh kalian….”