Selasa, 06 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 60]

“Itulah mimpi yang saya alami, Kanjeng. Sangat lama dan melelahkan.”

“Pangeran, mimpi itu sebuah gambaran.”

“Saya tidak paham, Kanjeng? Mengapa mimpi itu masuk ke dalam pikiran saya?”

“Bukankah mimpi itu bisa masuk ke alam pikiran siapa saja? Bukankah dalam pertemuan yang dipimpin Raden Patah Pangeran juga turut serta?”

“Ya, waktu Gusti Sinuhun memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Syekh Siti Jenar….”

“Bukan hanya mencari tahu tapi menyelidiki mengenai perilaku sesatnya sejauh mana…”

“Ya, Kanjeng. Bukankah sekaligus menangkapnya? Itu pun berdasarkan restu Kanjeng Sunan Giri selaku Ketua Dewan Wali. Untuk diadili dan diminta pertanggungjawabannya.”

“Pangeran ternyata sudah mendahului kita menemui Syekh Siti Jenar….”

“Menemui? Bukankah itu hanya dalam mimpi?”

“Sudah saya katakan tadi. Mimpi itu sebuah gambaran, meski tidak setiap mimpi berupa firasat atau ilham. Mimpi yang Pangeran alami tidak akan berbeda jauh dengan yang akan kita lakukan….”

“Benarkah itu, Kanjeng?”

“Ya, lihat saja nanti….”

Pangeran Modang menghela napas dalam-dalam, tubuhnya yang telah bermandikan keringat merasa lemas. Hampir seluruh tenaganya terkuras akibat amukannya yang membabi buta, merobohkan pohon-pohon tanpa dosa.

“Ternyata yang dikatakan Kanjeng Sunan Kalijaga telah aku alami. Tidak jauh berbeda dengan mimpi yang aku ceritakan kepada beliau. Mengapa aku tidak antisipasi tentang kebodohan ini?” erangnya.

Berusaha menyeret kakinya, terasa dadanya semakin sesak. Naik menuju Padepokan Syekh Siti Jenar, menemui para wali dan Pangeran Bayat yang belum juga turun.

Bersambung…..