Senin, 12 September 2011

> Agama saya Islam Komunis

Komunis, sejauh yang saya pahami adalah turunan dari kata komunal, yang artinya berkelompok. Berkomunitas. Karena itu bagi saya, komunis tidak selalu identik dengan Atheis. Seorang komunis bisa Atheis bisa juga tidak. Artinya seorang komunis adalah seorang yang berpaham hidup berkelompok. Hidup bersosial kemasyarakatan. Kebetulan dalam konteks Marxisme, Komunismenya Marxis adalah kelompok orang-orang yang menganut paham Atheis.

Kemudian aplikasi dari Komunisme Marxisme dalam kehidupan bernegara atau Pemerintahannya menerapkan sistem Sosialis. Dimana gagasan dasar Karlx Marx pada mulanya adalah untuk melawan kaum Kapitalis. Dimana hak milik dikuasai oleh kaum Kapital atau orang-orang yang bermodal. Marx melihat fenomena ini sangat tidak manusiawi. Kaum pemodal hanya menjadikan kaum miskin sebagai ladang untuk pengembangan modalnya. Kaum miskin ibaratnya hanya menjadi mesin produksi untuk melipatgandakan kekayaannya.

Karena itu Marx berpendapat, agar tercipta kesejahteraan bagi semua manusia secara merata, dan tidak terjadi lagi pertentangan antar kelas, antar kaum pemodal dengan kaum buruh, agar tidak terjadi lagikesenjangan sosial, maka ia meluncurkann gagasan sosialisnya. Dimana tidak ada individu yang berhak atas kekayaan yang diperolehnya secara mutlak. Setiap kekayaan adalah milik bersama untuk dikelola bersama. Untuk pada akhirnya juga bagi kesejahteraan bersama.

Hanya saja, begitu gagasan Marx ini diadopsi oleh Lenin, Marxisme dalam prakteknya berubah menjadi paham politik yang menindas rakyat. Sosialisme dalam prakteknya dalam sistem pemerintahan Lenin justru menjadi kedok untuk menguasai dan menghisap kekayaan rakyat. Dengan kata lain Sosialismenya Lenin ibarat ganti baju lama menjadi baju baru yang bernama Kapitalisme yang justru lebih kejam. Semua kekayaan rakyat dirampas menjadi milik penguasa, walaupun dalihnya adalah untuk kesejahteraan bersama.

Nah, inilah tafsir saya atas Komunis dan Sosialis.

Lalu kenapa saya menyatakan agama saya Islam Komunis?

Karena Islam, sejauh yang saya pahami juga menganut nilai-nilai hidup berkelompok. Nilai-nilai hidup bersama. Bukan hidup sendiri-sendiri. Bukan hidup seorang asketis. Bukan hidupnya seorang petapa. Yang melarikan diri dari keramaian. Dan itu dibuktikan oleh Nabi Muhammad sendiri. Muhamad di gua Hira bukan untuk menjalani hidup selamanya. Bukan untuk menghabisi hdupnya sebagi seorang petapa. Gua hira hanya sebagai tempat khalwat atau semedinya. Tapi begitu dia menerima Kebenaran (wahyu) dari Tuhan, dia turun gunung. Dia melebur dalam kehidupan sosial bersama umatnya.

Nah inilah yang saya maksudkan sebagai kunci nilai-nilai komunal dalam Islam. Nilai-nilai sosialis dalam Islam. Dimana konsep Islam secara sosial, hablum minannas, adalah kesejahteraan untuk seluruh umat manusia. Bahkan untuk sekalian alam. Artinya seorang Muslim sangat dikutuk jika menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri. Sehubungan dengan ini, Asghar Ali Enginer, seorang pemikir Islam Kontemporer Pakistan pernah menyatakan bahwa belumlah Islam seseorang jika ia bisa hidup tenang sementara tetangganya menderita kelaparan. Sementara orang disekitarnya tertindas. Sementara orang disekitarnya menderita kemiskinan.

Ini mengingatkan saya akan sebuah hadis Nabi yang menyatakan bahwa jika seroang muslim membuat sebuah masakan, maka perbanyaklah kuahnya, sehingga minimal, kuanya itu juga bisa dibagi-bagikan untuk tetangganya. Secara simbolis itulah wujud kepedulian seorang Muslim secara sosial.

Dan secara formal, penubuhan dari nilai-nilai sosial seperti ini, terangkum dalam konsep ibadah zakat. Dimana melalui zakat itu terkandung makna bahwa Islam mengutuk seorang Muslim menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri. Karena secara Teologis, manusia tidak mempunyai hak milik atas apa saja. Segalanya hanyalah milik Tuhan semata. Termasuk dalam konteks ini soal kekayaan, dimana kekayaan itu adalah rezeki titipan Tuhan pada setiap manusia. Karena itu, sebagai titipan Tuhan, seorang muslim hanyalah sebagai agen penyalur atas setiap harta yang diperolehnya, untuk kemudian disalurkannya, untuk kemudian distribusikannya bagi kesejahteraan bersama seluruh umat manusia.

Sehubungan dengan ini saya teringat sebuah hadis Nabi yang menyatakan bahwa kemiskinan bisa menyebabkan kekufuran. Kenapa? Karena kemiskinan, secara umum bisa membuat seseorang menjadi kalap. Lupa dan kilaf. Bisa menyebabkan seseorang menjadi gelap mata. Sangat rentan untuk berbuat kejahatan karena desakan kemiskinan yang menimpanya.

Nah, disinilah urgensinya konsep zakat sebagai pilar pemerataan kekayaan. Pemerataan hak milik. Pemerataan kesejahteraan.

Lebih kurang inilah penghayatan saya pribadi akan Islam Sosialis.
Islam Komunis.

Salam Islam Komunis!