Senin, 19 September 2011

> Akulah Ibu Pertiwimu

Akulah ibu pertiwimu
yang menjadi tempat kelahiranmu
yang menjadi tempatmu dibesarkan
yang mengenalkanmu pada dunia

Akulah ibu pertiwimu!
selalu menghisap teror yang mencekik ku
selalu meminum darah dari anak anak ku
selalu mendengar kafir yang merusak telingaku

Sadarkah kau bahwa aku menangis?
Sadarkah kau bahwa aku kecewa?
Ataukah kau tidak peduli?
Sedikitpun tidak peduli!

Dahulu, aku bangga akan leluhurmu
Mereka menghargai kearifan lokalku
Mereka mensyukuri budayaku
Bahkan, mereka rela menumpahkan darah demi aku!

Kini, kau hanya menuntut ku!
Tak kau pikirkankah leluhurku?
Tak kau lestarikankah budayaku?
Tak kau peliharakah kearifan lokalku?

Wahai para pemimpin bangsa
Terlalu banggakah kau dengan jasmu?
Hingga kau tak ingat akan diriku!
Terlalu empukkah kursimu?
Hingga kau tak mampu mengelolaku!

Tak cukup kah aku menegurmu?
Banjir yang menenggelamkan hartamu
Tanah longsor yang menutup istanamu
Gempa yang menghancurkan singgasanamu

Bolehkah aku sedikit saja meminta?
Selamatkanlah budayaku
Ramah tamahlah dengan kearifan lokalku
Cintailah aku . . .

Karena, siapa lagikah yang mau mencintaiku?
jika bukan kau
jika bukan anak cucumu
jika bukan para penerusmu. Rahayu