Senin, 12 September 2011

> Sang Budha, Yesus, Mohammad , Gusti Allah itu temanan!

” Romo Kandjeng, Romo Kandjeng. . . Kok orang-orang itu pada berantem ya?  Kan Buddha, Tuhan Yesus,Mohammad dan Allah itu temanan semua di Surga. Artinya kita harus temanan juga!” kata si kecil, Sandro, saat lihat berita di tv tentang tawuran antar kampung.
Ya, kenapa mereka pada berantam?  Jadi ingat tentang berbagai kerusuhan yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Khususnya di Ambon yang berlangsung cukup lama. Belum lagi adanya perusakan tempat-tempat ibadah diberbagai wilayah. Belum lagi dalam berbagai kesempatan di kehidupan sehari-hari adanya saling menyindir. Bahkan saat melewati tempat ibadah masih ada terdengar ceramah-ceramah menjelek-jelekkan agama lain.
Agama adalah panggilan jiwa dan jodoh kehidupan Saya bersyukur timbul suatu kesadaran dalam diri saya, karena sebelumnya pun saya mempunyai hati anti terhadap agama tertentu. Dalam jalinan kehidupan saya pun merasakan di tempat ibadah manapun berada ada kedamaian dalam hati saya. Di mesjid, di gereja, di vihara, di kelenteng saya pernah berada. Hanya pura yang belum pernah. Tapi saya pernah merasakan tinggal bersama satu komunitas umat beragama Hindu dengan berbagai macam ritualnya. Dan tak sungkan saya berbaur di dalamnya. Apa yang harus di permasalahlan, karena semua adalah urusan masing-masing hati dengan Tuhannya.
Adakah yang bisa dimengerti, perjalanan hidup manusia dalam mencari Tuhannya. Saya pun pernah menjumpai , bahwa agama adalah sebuah panggilan jiwa, yang tak perlu untuk dinilai. Bahwa dari seorang penganut Nasrani taat bahkan sangat tidak simpati dengan agama Buddha, karena tiba saatnya harus terpanggil untuk menjadi penganut Buddha, dan menjadi pengajar dan penulis tentang agama Buddha. Siapa yang akan menyangka? Ada lagi guru smp saya, yang berasal dari Timur Leste, seorang pendeta tulen, tak dapat menolak hati untuk menjadi seorang muslim dan menjadi ustad.
Adakah yang mengerti? Masih ada satu lagi, temanku punya tetangga di Jawa Tengah, bapaknya kiyai, namun anaknya harus pergi sampai ke Thailand untuk di cukur rambutnya sebagai biksu. Mungkin ada yang bertanya, mengapa begini?
Aku sendiri sebelumnya pun tak memahami, akan semua yang terjadi. Dan memang tak perlu untuk dipahami dan diperdebatkan lagi. Biarlah semua itu menjadi misteri.
“Kalau yang suka berantem itu, berarti bukan temannya, Buddha, Tuhan Yesus,Mohammad dan Allah dong, pi?! ” lanjut si kecil.
Saya hanya bisa mengamini…..Rahayu