Senin, 05 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 23]

“Gusti Pangeran, juga Kanjeng Sunan yang saya hormati, ajaran itu benar-benar menyesatkan. Hidup itu untuk mati, mati itu untuk hidup, akhirnya banyak rakyat Kademangan Bintoro yang bunuh diri.” Ki Demang berhenti sejenak, “Saya selanjutnya melakukan penyelidikan bersama Ki Sakawarki. Ternyata bukan hanya isapan
jempol belaka tentang kesesatan ajaran Syekh Siti Jenar itu.”

“Saya semula tidak percaya tentang ajaran sesat Syekh Siti Jenar.” tambah Ki Sakawarki, “Tapi ketika mendengar langsung dan menyaksikan barulah percaya.”

“Adakah penyimpangan lain dari ajaran Islam yang berkaitan dengan aqidah?” tanya Sunan Giri.

“Tentu saja, Kanjeng.” Ki Sakawarki menganggukan kepala, “Mereka tidak mesyariatkan shalat lima waktu, begitu pula kewajiban lainnya.”

“Menyimpang dan sesat secara aqidah!” Sunan Giri geram.

“Benarkah mereka juga melakukan tindakan makar? Selain menyebarluaskan ajaran sesatnya?” tanya Pangeran Bayat.

“Itulah yang kami saksikan.” jawab Demang Bintoro. “Dengan bukti melakukan penyerangan terhadap Kademangan.”

“Keparat!” muka Pangeran Bayat merah padam, “Saya kira dibelakang semua ini Ki Ageng Pengging juga punya kepentingan?”

“Mungkin? Karena merasa masih keturunan Majapahit, Gusti?” tambah Demang Bintoro. “Yang paling mencolok mereka menyebut nama pimpinan pemberontak Kebo Ben….”

“Jika itu Kebo Kenongo, maka dugaan saya benar.” potong Pangeran Bayat. “Karena Kebo Kenongo nama lain dari Ki Ageng Pengging….”

“Disini telah berbaur antara aqidah islam dan politik…..”

“Benar, Kanjeng Sunan Kalijaga!” potong Pangeran Bayat, “Untuk itu kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Sebab jika dibiarkan akan mengancam keutuhan negeri Demak Bintoro.”

‘Padahal maksud saya tidak seperti itu, Kanjeng?’ Sunan Kalijaga beradu tatap dengan Sunan Bonang, memulai percakapan dengan batinnya.

‘Saya kira tidak perlu mencampuri persoalan ini terlalu jauh, Kanjeng.’ tatap Sunan Bonang. ‘Jika itu dilakukan sangatlah berlebihan, seakan-akan kitalah yang memiliki ilmu terlalu tinggi. Sehingga tanpa beranjak dari tempat duduk mengetahui yang sesungguhnya telah terjadi.’

‘Betapa sombong dan angkuhnya kita, Kanjeng.’ Sunan Kalijaga mengaggukan kepala. ‘Namun tidak ada salahnya jika kita dimintai pendapat…’

“Politik macam apa yang terjadi dibalik tersebarnya ajaran sesat ini?” tanya Demang Bintoro.

“Mereka akan menciptakan dulu keresahan dikalangan umat beragama, Ki Demang. Dalam keadaan umat resah dan bingung, politik untuk melakukan makar pun berjalan.” terang Pangeran Bayat.

Bersambung……