Minggu, 04 September 2011

> Agama Saya Islam versi Ngamuk!

Meskipun dalam slogannya Islam hanya satu, tapi dalam prakteknya, dalam realitas sosial, ada banyak model Islam. Ada Islam yang tampil dengan sejuk, lapang, suka damai, tapi ada juga yang suka tampil suka mengamuk. Artinya di level sumber, sama. Yaitu Alquran dan Hadis Nabi. Dan hanya satu kata untuk umat yang beriman pada sumber ini, yaitu Islam. Tapi dalam mempraktekkannya itulah yang terjadi, ada banyak versi.

Islam versi ngamuk adalah kata lain dari Islam militan, Islam Radikal. Atau dalam istilah lain Islam fundamentalis. Ah.. kok banyak sekali istilahnya? Peduli amat. Toh saya ngomong sendiri kok.

Sejauh pengamatan saya, ada beberapa sebab yang mencentak seseorang menjadi Islam versi ngamuk:

Pertama:
Karena Islamnya belum beranjak dari Islam keturunan. Begitu mereka lahir, sudah langsung diIslamkan oleh orang tuanya, tanpa persetujuannya. Wong mereka baru lahir sudah langsung diazankan kok. Gimana mau protes.

Kedua:
Islam keturunan pangkat dua. Begitu mereka mulai jadi anak-anak dan remaja, mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga Islam yang juga versi nagmuk. Diperkenalkan dengan Islam yang versi ngamuk.

Ketiga:
Bersentuhan dengan Islam versi ngamuk di luar lingkungan keluarga. Mulai dari teman, tetangga dan masyarakat yang Islamnya juga versi ngamuk.

Keempat:
Tidak menambah pengetahuan Islam kecuali hanya dengan modal dari ketiga nomor di atas: Lahir Islam, dibesarkan dalam keluarga Islam dan bergaul dengan masyarakat Islam yang juga versi ngamuk. Baca buku agama? Hanya secara kebetulan di sekolah dan sesekali baca buku menjelang waktu berbuka puasa masuk. Tambahannya? Mendengar ceramah agama di mesjid.

Kelima:
Kalau pun rajin membaca tentang Islam, yang dibaca hanya terjemahan Alquran, sedikit tentang tafsir versi tradisional, kemudian ditambah buku-buku hadis. Memang hal ini adalah sumber utama dalam mempelajari Islam. Tapi yang namanya rujukan sumber pokok, mirip dengan undang-undang. Belum ada keterangan yang mendalam. Akibatnya model belajar Islamnya adalah gaya menghafal. Bukan berpikir dan memahami.

Keenam:
Mungkin mereka sudah mulai hobi membaca buku-buku tentang Islam. Tapi jenis buku yang dibaca hanya pendalaman terhadap syariat atau Fiqh Islam. Wawasannya sudah mulai bertambah, mungkin sudah sangat luas. Tapi yang namanya Fiqh, adalah risalah hukum. Dan yang namnya hukum, kerjanya hanya sibuk memperhitungkan mana yang salah dan mana yang benar. Mana yang boleh mana yang tidak. Mana yang wajib dan mana yang sunat. Mana yang halal dan mana yang haram. Mana yang sesat dan mana yang kafir. Mana yang masuk sorga dan mana yang masuk neraka. Dan sejauh yang saya alami, berdampingan dengan orang Islam seperti ini, saya merasa berhadapan dengan seorang hakim. Dimana saya selalu merasa bersalah, selalu merasa kikuk. Kareana sudut matanya sangat tajam, walaupun tanpa suara, mereka suka menilai segala prilaku saya.

Ketujuh:
Meskipun sudah meluas bacaannya pada buku-buku Islam selain tetang Fiqh, misalnya soal tafsir, atau wawasan lain seputar Islam, tapi buku-buku yang dibaca masih bercorak apologis. Padangan-pandangan yang hanya memuja-muja Islam. Dalam pengertian bukan dalam memahami Islam secara kritis. Tapi dalam kalimat kiasannya adalah: “Betapa bagusnya rumah saya ini. Tidak ada rumah lain yang sebagus rumah saya ini.”

Selain itu mereka juga membaca buku-buku yang menjelek-jelekkan pandangan Islam versi lain atau menjelek-jelekkan agama lain. Istilahnya pandangan-pandangan Keislaman yang bercorak propagandis alias menghasut. Modal dari penulis buku yang mereka baca ini bukanlah analisis kritis, bukan analisis komparatif. Tapi hanya mengumbar emosi dan kebencian. Baik sesama Islam yang berbeda paham apalagi terhadap agama lain.

Kedelapan:
Ini agak khusus. Mereka yang berada pada bagian ini adalah orang-orang yang dulunya tidak mau tahu tentang Islam dalam hidupnya. Baik secara teori maupun dalam praktek amal ibadah. Tahu-tahu ada suatu peristiwa yang membuatnya sadar hingga muncul rasa tobat dan ingin mengamalkan Islam secara sungguh-sungguh dari hati. Pada awal insafnya mereka tampak begitu tenang, sejuk dan mengundang rasa haru.

Tapi karena modalnya adalah pengalaman traumatis, maka secara intelektual sangat minim. Belum ada rerefensi keislaman yang memupuk keyakinannya secara keilmuan. Dan begitu waktu berjalan, orang-orang seperti ini secara bertahap mulai mengalihkan perhatian yang semula hanya berpusat pada instrospeksi diri kemudian beralih ke dunia luar. Ke orang lain. Maka kerjanya berubah menjadi menilai-nilai keislaman orang lain. Dan .. akhirnya mulai galak alias suka mengamuk.

Lebih kurang itulah yang mencetak seseorang menjadi Islam secara fanatik. Dan sekaligus suka mengamuk bila terpancing. Dan semua tahap itu sudah saya alami sendiri. Hingga puncaknya, sayalah orang yang terasing dalam kehidupan. Tidak ada orang yang tertarik bergaul dengan saya. Jangankan lingkungan teman dan tetangga, keluarga sendiri pun tidak ada yang tertarik dengan saya. Karena kerja saya hanya menceramahi orang lain di mana pun saya temui. Dan bila ada orang yang bertanya apalagi mengkritik pandangan saya tetang Islam, maka saya tak ubahnya seperti orang yang membela diri yang sedang merasa terdesak. Hingga akhirnya nada suara saya langsung meninggi dan keluarlah ayat-ayat dan hadis dari mulut saya untuk menghujat lawan diskusi saya.

Dan tidak ada yang benar dimata saya selain hanya apa yang saya yakini dan gaya hidup yang saya jalani. Dan segala kegiatan, ilmu, produk dan budaya, tidak ada yang baik di mata saya selain hanya segala yang berlabel Islam (Islam dalam pemahaman saya waktu itu). Hasil akhirnya, bukannya banyak orang yang tertarik dengan apa yang saya yakini dan amalkan, malah semakin banyak saya bertengkar dengan orang lain. Alias saya suka mengamuk. Kenapa saya mengamuk? Karena kesal kenapa orang tidak meyakini Islam seperti yang saya yakini. Kenapa pemahaman orang terhadap Islam tidak seperti apa yang saya pahami. Dan kenapa orang lain tidak mau taat dalam menjalankan ibadah Islam seperti saya lakukan.

Dan sekarang?
Saya benar-benar tobat dari Islam versi ngamuk ini!

Perhatian!
Ini bukan hasil penelitian. Tapi hanya pengalaman dan pemahaman saya pribadi.