Senin, 05 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 26]

“Saya setuju!” ujar Pangeran Bayat. “Apa pun yang terjadi jika itu keputusan raja, sudah semestinya kita taati.”

“Baiklah.” Sunan Kalijaga menganggukan kepala, tatapan matanya tertuju pada Sunan Bonang, mata hatinya mulai bersentuhan dan bercakap-cakap. ‘Kanjeng Sunan Bonang, saya secara syariat tidak bisa melawan kehendak Allah.’

‘Ya, karena itu sudah menjadi sebuah taqdir dan ketentuan yang mesti dijalani. Kita lihat dan ikuti saja…meski secara lahiryah tetap harus berikhtiar. Saya kira Syekh Siti Jenar juga paham perjalanan hidupnya…’ batin Sunan Bonang, tatapan matanya menerbar sinar kemerah-merahan beradu dengan sorot mata pancaran jingga Sunan Kalijaga.

“Ada apa?” Sunan Drajat tersentak dari duduknya, “Mengapa ada pancaran sinar dari…”

“Disini tidak ada yang aneh, Kanjeng Sunan Drajat.” tegur Sunan Giri, “Kenapa Kanjeng tersentak?” tatapan matanya mengikuti sudut pandang Sunan Drajat, tetapi tidak menemukan hal yang perlu dikejutkan.

“Tidakah Kanjeng me…”

“Benar, Kanjeng Sunan Drajat.” tatap Sunan Bonang. Seakan-akan menembus batin hingga tidak berdaya.

Bersambung……………