Senin, 05 September 2011

> Siti Jenar dan Wali Sanga [Bag 14]

Dalam keremangan malam yang diterangi kerlap-kerlipnya bintang di langit. Bulan belum lagi menjadi purnama, di pelataran kademangan Bintoro tampak berkelebatannya bayangan prajurit dan pasukan Gelap Sewu yang sedang bertarung.

“Hahaha…..jangan sisakan yang tidak mau menyerah. Ilmu Syekh Siti Jenar menyertai kita!” teriak Loro Gempol yang berada di atas punggung kuda, menerobos pasukan lawan sambil membabatkan goloknya.

“Tobaattttt….!” teriak seorang prajurit yang terkena sabetan golok Loro Gempol, terhuyung dan roboh dengan luka parah di lambungnya.

“Hahaha….perlihatkanlah kehebatan kalian para prajurit dan petinggi negeri Demak! Saya yakin ilmu para wali tidak akan bisa mengalahkan ilmu guru kita, Syekh Siti Jenar yang agung.” Loro Gempol terus mengamuk, menerjang gelombang pasukan prajurit Kademangan Bintoro yang berlapis-lapis.

“Ki Demang, dengarlah teriakan lelaki yang sedang mengamuk dan berusaha menerobos lapisan prajurit kita!” bisik Ki Sakawarki.

“Benar, ternyata dia murid Syekh Siti Jenar.” Ki Demang Bintoro menggeleng-gelengkan kepala. “Betapa angkuhnya dengan kesaktian yang dimilikinya, Ki Sakawarki?”

“Mengagunggkan Syekh Siti Jenar dan merendahkan para wali terhormat, Ki Demang.”

“Sanggupkah kiranya kita mengalahkan mereka?”

“Tidak perlu ragu, Ki Demang. Saya punya keyakinan Allah SWT. akan melindungi kita. Lihatlah jumlah pasukan kita lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan pasukan musuh yang berpakaian serba hitam.”

“Saya kira pasukan mereka harus ditutup ruang geraknya. Lalu robohkan pimpinannya yang sedang mencoba menembus lapisan pertahanan para prajurit. Jika pimpinannya roboh mereka akan mundur.” ujar Ki Demang Bintoro.

“Biar saya yang akan loncat dan merobohkannya!” ujar Ki Sakawarki seraya bersiap-siap untuk loncat.

“Kelihatannya dia bukanlah orang yang mudah dikalahkan. Karena tebasan senjata para prajurit seakan-akan tidak bisa melukai tubuhnya.”

“Ki Demang, saya kira di dunia ini tidak ada orang yang hebat kecuali Allah. Tidak ada salahnya jika saya mencoba menghadapinya demi mempertahankan tanah tercinta dari kedzaliman. Maka jihadlah jalan keluarnya.” Ki Sakawarki tanpa menunggu ucapan Ki Demang berikutnya, seraya dirinya menghunus keris dan melesat ke angkasa melewati barisan prajurit yang berlapis-lapis. “Hiaaaaattttt…….!!!!”

“Pasukan pemanah bersiaplah kalian di belakangku! Jika pasukan terdesak, bertindaklah kalian!”

“Siap, Ki Demang!” pasukan pemanah bersiap, untuk melepas anak panah. Busurnya sudah dipegang dengan kuat, talinya ditarik, anak panahnya dipasangkan, tinggal melepas sesuai perintah.

Tubuh Ki Sakawarki yang melayang di angkasa terlihat sangat enteng dan ringan, bagaikan burung elang dengan sorot matanya yang tajam. Lalu menukik ke bawah, berbarengan dengan tendangan kaki kanannya yang menghantam dada Loro Gempol.

Bersambung…………