Kamis, 01 September 2011

> Hiruk Pikuk Pemasaran Agama

Agama Untuk festival? Ya maksudnya untuk perlombaan. Sudah begitu banyak biaya dikerahkan untuk festival agama. Dan sudah jutaan sungai darah ditebus agama agar menjadi pemenang di panggung sejarah dunia.

Siapa yang menjadikan agama untuk festival?
Ya siapa lagi kalau bukan kita bersama-sama. Umat beragama sepanjang sejarah dunia (datanya baca buku sejarah yah. Saya tidak hafal). Tapi tidak semua umat beragama begitu lho? Ya betul, kecuali anda.

Banyak cara yang dilakukan umat beragama untuk memenangkan kontes agama ini. Tapi di sini saya hanya ingin menampikan dua saja. Yang lainnya masih dirahasiakan oleh jurinya.

Pertama:

Ingin diakui sebagai agama yang terbukti benar.
Benar apanya? Ya benar-benar asli dari Tuhan. Benar-benar otentik Kitab Sucinya. Apa yang dilakukan para apolog agama untuk ini? Ada 3 cara:

1. Memulung sebanyak mungkin hasil penemuan ilmiah (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai buktinya. Misalnya kejadian ini kejadian itu. Angka ini angka itu. Persitiwa ini peristiwa itu. Dan seterusnya.
2. Membangun penalaran secanggih mungkin agar agamanya terbukti benar secara logis.
3. Melacak berbagai peristiwa sejarah dalam kisah-kisah yang digambarkan Kitab suci sebagai benar-benar kejadian sejarah. Sebagai fakta historis.

Kedua:

Berlomba-lomba mempromosikan agama seperti bursa promo di mol-mol swalayan. Mencari sebanyak mungkin penggemar. Membangun sebanyak-banyaknya rumah ibadah (walapun kosong jamaah atau pintunya dikunci), memasang spanduk, menggelar karnaval di jalan raya, melakukan razia maksiat massal atas nama agama, dan berusaha saling menghujat, caci maki dan bila perlu main tebas. Semua ini untuk membutkitakan agar agamanya tampak hebat. Soal penerapan nilai-nilai agamanya dalam kepribadian? Ah .. itu soal lain yang tidak berpengaruh di pentas sosial.

Apakah dua hal itu salah?
Tidak. Memang itulah yang harus diperjuangkan jika ingin menjadi pemenang dalam festival agama.

Jadi apa hikmah tulisan ini?
Sederahana saja: Untuk mencari perhatian pengunjung.

Lho?
Anda sabar. Itu baru hikmah yang pertama. Hikmah kedua adalah untuk menjungkirbalilkan kedua hal tersebut, bahwa misi agama bukanlah untuk membuktikan bahwa agamanya benar, hebat dan ngetop. Bukan. Itu namanya menjadikan agama sebagai mainan anak-anak. Saling diperebutkan. Saling menguasai. Saling dan saling.

Tidak ada manusia yang tahu agama apa yang paling benar. Kitab suci mana yang paling benar. Ajaran agama apa yang paling hebat. Agama mana yang sudah banyak meluluskan umatnya masuk sorga. Siapa yang bisa menjawab? Hati-hati. Jangan merampas hak preogratif Tuhan dalam menilai segala sesuatu secara mutlak.

Meskipun tidak sedikit jumlah agama yang muncul sejak awal sejarah hingga hari ini, tapi yang menang menurut jurinya hanya satu. Yaitu Tuhan!

Sekarang marilah kita sama-sama mengheningkan cipta.
Mengheningkan cipta…… mulai!

Betapa memalukannya perbuatan kami ini ya Tuhan. Berlomba-lomba dalam memenangkan festival agama, tapi tidak berlomba-lomba menempa hati, pikiran dan tingkah laku kami agar mejadi seorang yang benar-benar menerapkan nilai-nilai agama kami masing-masing dalam pribadi kami.

Selesai!