Senin, 15 Agustus 2011

> Tanpa Judul

Bertahun-tahun sudah
Saya hidup dibawah ancaman Tuhan
Dibawah cacatan sosial
Dibawah pamrih yang selalu saya pupuk
Meski tak ada yang tahu, selain hanya diri sendiri.

Tuhan,
Begitu meriah di mulut manusia.
Begitu semarak di ujung speaker, di ujung toa,
Menggema di mercu suar pesta ritual dimana-mana.
Tapi saya kehilangan. Kehilangan Tuhan sejati.
Tuhan yang pernah menyapu pipi ini dengan air mata.
Tat kala menyaksikan anak saya keluar dari rahim ibunya.
Tat kala menyaksikan pemulung makan nasi sisa di tong sampah.
Tat kala melihat bulan merah di senjakala.

Oh … Tuhanku, Roh Mistik Alam Semesta.
Engkau Diam, bisu
Tapi mengusik bathinku sepanjang masa.

http://kandjengpangernkaryonagoro.blogspot.com/