Sabtu, 15 Juni 2013

SAYA TIDAK BUTUH SUBSIDI BBM

Saya Tidak Butuh Subsidi BBM

Berita tentang kenaikan harga BBM ini heboh sekali tiap hari. Orang sampai ribut ribut, demo di sana-sini. Yang paling menarik buat saya adalah “menguping” suara TV. Dari intonasinya, saya kira sedang baca puisi. Nggak taunya pak Presiden sedang pidato soal BBM. Ada apa sih ini semua jadi melankolis? Ada yang sedih, ada yang marah karena BBM naik.

Sudah naik atau belum, naik berapa persen saya tidak tahu.

Tentu saja saya tidak concern dengan kenaikan harga BBM. Karena saya memang nggak beli BBM. Mobil aja nggak punya, bagaimana mau beli BBM?

Memang begitulah orang miskin. Tidak terkena dampak langsung terhadap harga BBM. Yang punya problem utama soal kenaikan harga BBM ini, hanya orang kaya. Yang mampu beli mobil.

Kenaikan harga-harga yang katanya otomatis jadi naik karena kenaikan harga BBM, kurang lebih benar. Tapi itu bukan satu-satunya penyebab. Kalau beras, garam, singkong, bawang putih, bawang merah, gandum,susu, daging, buah, kita impor, nggak bisa produksi sendiri, terang aja harga sudah tinggi. Apalagi jika dollar naik. Naik pula semua harga. Karena semua beli pake dollar.

Sudah gitu, orang miskin, yang sehari-hari sudah susah hidupnya, ditakut-takuti, dipanas-panasi untuk ribut-ribut menolak kenaikan BBM. Jadi deh ribut beneran. Padahal harga bensin seliter juga nggak tau dia. Wong nggak pernah beli bensin kok..

Jadi, perbaiki saja swasembada pangan. Itu IPB sama Kementan kalau nggak bisa kerja, dioutsource ke swasta saja lah.. ke yayasan Penabur, yayasan Regina Pacis, yayasan Pelita Harapan. Yang terbukti mencetak orang-orang yang kerjanya benar-benar kerja serius.

Bagi saya, dan kawan-kawan saya sesama orang miskin, yang kita perlukan hanya harga makanan yang murah kayak harga makanan di Eropa sana. Yang GDP nya sekitar $42,900 tapi harga daging dan berbagai bahan pangan lain lebih murah daripada di Indonesia, yang GDP nya hanya $5,100.
Artinya, orang Eropa yang pendapatan per kapita nya 8,4 kali lebih tinggi dari orang Indonesia, harga makanannya lebih rendah dari harga makanan di Indonesia. Dimana, Kementan menjadi lembaga utama yang membuat harga pangan ini jadi sedemikian tingginya.

Lalu, dengan seenak udelnya, kader PKS bilang, negara tidak dirugikan. Sudah inflasi begini, sudah BBM harus naik begini, masih bilang negara tidak dirugikan. Sebentar lagi bunga bank dinaikkan. Ekonomi melambat, pada nggak bisa pinjam ke bank buat usaha karena bunga bank naik. GDP rendah harga lebih tinggi dari Eropa, masih bilang negara tidak dirugikan. Gemblung tenan.

Jangan mau dibohongi . Kenaikan BBM itu merugikan orang yang punya mobil doang. Bukan merugikan kita yang nggak beli bensin.

Sebelum saya tulis mengenai orang miskin butuhnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan jaminan perumahan selain jaminan harga makanan rendah, saya tunda dulu. Saya mau masak bubur buat keluarga. Beras campur kerikil seliternya sudah Rp.6.000. Kalau nggak dibuat bubur, duit saya nggak cukup sampai akhir bulan.