Minggu, 02 September 2012

> KI AGENG PENGGING VS SUNAN KUDUS (Geger Perdikan Pengging) Bag 1

Malam hitam pekat,udara musim kemarau terasa sangat dingin menusuk tulang.Penduduk desa Pengging yang terletak di tepi hutan malam itu tidak dapat tidur,sebab malam itu terdengar auman harimau sambung menyambung terus menerus.Para penduduk berjaga-jaga,kalau-kalau malam itu harimau yang mengaum akan masuk desa mereka dan memakan ternak.

Tapi sampai pagi tidak ada seekor harimaupun tampak masuk kampung.Para penduduk penasaran,mereka beramai-ramai memeriksa masuk ke dalam hutan.

Dengan senjata siap di tangan mereka siap menghadapi segala kemungkinan.Di tengah hutan,bukan harimau yang mereka dapati,melainkan tujuh orang santri dan seorang berjubah putih yang tampak agung berwibawa.

"Apakah Tuan melihat harimau di sekitar hutan ini?" tanya tetua desa.

"Tidak,jawab lelaki berjubah putih itu, "Semalam kami tidur di hutan ini tapi tidak melihat seekor harimau."

"Aneh,semalam kami tak dapat tidur karena auman harimau terus-menerus," gumam tetua desa.

"Kalau begitu namakanlah tempat ini desa Sima,karena kau mendengar suara Sima(harimau) padahal tak ada Sima," kata lelaki berjubah putih.

Tetua desa itu menurut,hingga sekarang tempat lelaki berjubah putih itu di namakan desa Sima.Kemudian lelaki berjubah putih itu meneruskan perjalanannya ke Pengging untuk menemui Adipati Kebo Kenongo atau lebih di kenal sebagai Ki Ageng Pengging.

Apa tujuan mereka ke Pengging?.

Pengging atau Pajang pada beberapa tahun silam bukanlah sebuah desa terpencil.Pengging adalah sebuah Kadipaten yang sangat terkenal karena Adipati Handayaningrat yang memimpinnya.Adipati Handayaningrat adalah Putra Prabu Brawijaya penguasa Majapahit.

Adipati Handayaningrat mempunyai dua putra lelaki.Yang pertama bernama Kebo Kanigara dan ke dua Kebo Kenanga.Ketika Sang Adipati meninggal dunia,Kebo Kanigara mengembara tak ketahuan rimbanya.Sedang Kebo Kenanga menjadi sahabat Syekh Siti Jenar.Tenggelam dalam alur faham Siti Jenar sehingga pikirannya berubah.Tak mau lagi mengurus Kadipaten warisan orang tuanya,ia malah mengajak rakyatnya untuk hidup wajar sebagai petani biasa.

Sungguh mengagumkan,hasil panen para petani Pengging kemudian tersebar ke penjuru desa lainnya.Bahkan menggetarkan dinding-dinding istana Demak Bintoro,karena Ki Pengging tak pernah sowan menghadap Sri Sultan Demak bintoro,maka Raden Patah segera mengutus dua perwira untuk menengok Ki Ageng Pengging.

"Ki Ageng," kata utusan itu setelah tiba di hadapannya.

"Sudah dua tahun Andika tidak menghadap Gusti Sultan Demak.Kami di perintah mengingatkan Andika,sebab Gusti Sultan sudah sangat merindukan kehadiran Andika selaku saudaranya."

Ki Ageng Pengging menatap dua orang utusan itu dengan tajam.

"Buat apa seorang petani desa menghadap Sri Sultan? Hanya bikin malu Sri Sultan saja.Hai utusan kembalilah dan katakan kepada Sri Sultan aku tak dapat memenuhi panggilanya.Mohonkan ampun atas sikapku ini."

Dua orang utusan itu segera kembali ke Istana Demak.

Bersambung...