Senin, 03 September 2012

> KI AGENG PENGGING VS SUNAN KUDUS (Geger Perdikan Pengging) Bag III

Kula Nuwun...manggo sahut pemilik rumah, depan pintu rumah Ki Ageng Pengging ada seorang pelayan wanita setengah baya. Sunan Kudus memberi salam kemudian mengutarakan maksud kedatangannya untuk menemui Ki Ageng Pengging.

“Maaf tuan, sudah beberapa hari Ki Ageng mengurung diri di dalam kamarnya, beliau tidak bisa menemui tamu”, kata pelayan itu.

“Aku bukan tamu biasa”, kata Sunan Kudus. “Katakan aku adalah utusan Tuhan yang datang dari Kudus. Ingin bertemu dengan Ki Ageng Pengging”.

Pelayan itu masuk ke dalam rumah menyampaikan pesan Sunan Kudus yang dianggapnya aneh. Ternyata Ki Ageng bersedia menerima tamunya. Sunan Kudus dipersilakan masuk ke dalam rumahnya.

Istri Ki Ageng Pengging membuatkan minuman untuk menghormati tamu khusus itu. Tinggallah di ruang tamu itu Ki Ageng Pengging dan Sunan Kudus.

“Wahai Ki Ageng, saya diperintah oleh Sultan Demak Bintoro. Manakah yang kau pilih. Di luar atau di dalam? Di atas atau di bawah?”, tanya Sunan Kudus.

Ki Ageng Pengging menghela nafas, tiga tahun yang lalu dia juga diberi pertanyaan serupa oleh Ki Wanasalam, patih Demak Bintoro.

“jawabanku tetap sama dengan tiga tahun yang lalu”, kata Ki Ageng Pengging. “Atas-bawah, luar-dalam adalah milikku. Aku tak bisa memilihnya”.

Jawaban itu bagi Sunan Kudus adalah sangat jelas. Berarti Ki Ageng Pengging punya maksud ganda. Ingin menjadi rakyat atau bawahan Demak Bintoro sekaligus ingin menjadi penguasa Demak Bintoro. Jelasnya dia tidak mau mengakui Raden Patah sebagai raja Demak. Ini pembangkangan namanya.

Sunan Kudus ingin mengetahui apakah Ki Ageng Pengging masih meyakini ilmu dari Syeikh Siti Jenar itu atau sudah meninggalkannya sama sekali.

Pada suatu kesempatan Sunan Kudus melemparkan pertanyaan simbolik kepada Ki Ageng Pengging.

"manakala ingsun(Aku) bertemu kekasih-Ku,ingsun(Aku) menjadi kawulo(hamba).Manakala ingsun(Aku) terpisah dengan kekasih-Ku,ingsun(Aku) menjadi Raja.Raja diraja seluruh bumi,Raja yang merajai jagad raya." tanya Sunan Kudus

Ki Ageng pun menjawab.

"Ingsun(Aku) adalah ingsun(Aku),tiada yang kedua maupun ketiga.ketiga-tiganya sesungguhnya satu,di sebut juga ALLAH, yang di sebut kekasih-Ku adalah jasad dan sukma,manakala ingsun(Aku) bertemu bertemu dengan jasad dan sukma,ingsun(Aku) menjadi kawulo(hamba).manakala ingsun(Aku) terpisah dengan jasad dan sukma,ingsun(Aku) menjadi Raja."

Sunan Kudus tersenyum mendengar jawaban Ki Ageng Pengging.Dan Sunan kudus bertanya lagi.

"Ada keris dan warangka,manakala terlihat warangka di mana kerisnya?"

Ki Ageng Pengging menjawab.

"Masuk ke dalam warangka manunggal menjadi satu."

Sunan Kudus tersenyum lantas bertanya lagi.

"Manakala terlihat keris di manakah warangkanya?"

Ki Ageng Pengging menjawab

"Masuk ke dalam keris,manunggal menjadi satu."

Kemudian Sunan Kudus bertanya lagi.

"Manakala hilang ke duanya,berada di manakah?"

Ki Ageng Pengging menjawab.

"Berada dalam hidup."

Sunan Kudus tersenyum dan bertanya lagi.

"Di manakah tempat kediaman hidup?"

Ki Ageng Pengging pun menjawab.

"Berada di inti tumbuhan kangkung,berada di sudut pelor,berada di kediaman angin,berada di akhir langit."

Tumbuhan kangkung berlubang di bagian tengahnya,lantas di manakah intinya.Tumbuhan pelor atau mimis yang berbentuk bulat,lantas di manakah sudutnya.Angin senantiasa bergerak,lantas di manakah kediamannya.Langit tanpa batasan,lantas di manakah akhir langit.di situlah tempat kediaman hidup berada.

"Saya pernah mendengar bahwa Ki Ageng Pengging bisa hidup di dalam mati dan mati di dalam hidup," kata Sunan Kudus. "Benarkah apa yang saya dengar itu? Saya ingin melihat buktinya."

"Memang begitu" jawab Ki Ageng Pengging."Kau anggap apa saja aku ini maka aku akan menurut apa yang kau sangka,kau anggap aku ini Raja memang aku keturunan Raja,kau anggap aku ini rakyat memang aku rakyat.dan kau anggap aku ALLAH aku memang ALLAH!".

Bersambung..