Bingung dengan judul tulisan ini? Haha … syukur. Itu saya sengaja. Karena saya tidak mau menulisnya dengan kalimat “Hidayah itu Datang dari Tuhan”. Karena sudah sejak kecil saya mendengar kalimat seperti itu. Maklum saya lebih condong pada sesuatu yang baru.
Tulisan ini tidak akan mengulas apa-apa selain hanya menjelaskan judul tulisan ini. Karena masalah kita di sini adalah judul aneh tersebut. Apa sih maksudnya?
Ketika anda tersentuh mendengar suara adzan, suara orang membaca ayat Alquran, lazimnya orang akan berkata bahwa itu karena anda mendapat hidayah atau petunjuk dari Tuhan. Tapi sebaliknya ketika anda tidak tersentuh sama sekali ketika mendengar suara adzhan dan orang membaca ayat Alquran, maka lazimnya orang akan mengatakan bahwa hati anda sedang tertutup alias belum mendapat hidayah dari Tuhan.
Tapi saya ingin memahami hal ini dengan cara lain.
Mari kita bandingkan dengan hal ini.
Mohon anda baca dengan hati dan pikiran yang terbuka.
Ketika anda sedang mendengar sebuah lagu religius dan menonton sebuah film, anda tiba-tiba terharu dan mungkin sempat menangis, maka biasanya anda akan mengatakan: “Saya benar-benar kagum dengan penyanyinya, skenario filmnya, acting para tokohnya dan seterusnya. Pokoknya benar-benar mantap deh. Menyentuh sekali. Saya jadi sadar bahwa saya harus berbuat baik dengan orang lain. Dan akan hidup secara seimbang antara mengejar materi dan rohani”
Nah kenapa pada kasus yang kedua ini tidak anda katakan juga karena anda mendapat hidayah dari Tuhan?
Bisakah kita katakan bahwa yang membuat kita tersentuh, baik dari suara adzhan, orang mengaji, penyanyi dan film tersebut adalah karena kehebatan orang yang melakoninya? Sebagai kedalaman penghayatan dari orang yang memerankannya? Sehingga aura penghayatannya itu kemudian menular dan juga menyentuh hati anda?
Jika pemahaman seperti ini diterima, maka bukankah itu artinya adalah seni? Seni melagukan adzan, seni membaca Alquran, seni suara, seni peran (acting). Yah totalitas penghayatan seorang seniman dalam arti yang luas. Dan keterbukaan anda sebagai penikmat karya seni yang bernama suara Adzan, nyanyian ayat Alquran, lagu religius dan kehebatan perwatakan para tokoh dalam sebuah film.
Jika pemahaman ini diterima, maka pertanyaannya adalah dari mana sumber dari aura seni itu? Rasa keindahan yang bergetar dalam hati itu? Sebagai orang yang beragama bisakah aura seni itu kita hayati juga sebagai percikan dari seninya yang Maha Seni atau Tuhan? Bukankah Tuhan itu yang Maha Indah?
Dan jika kita jawab bisa, mungkinkah bisa kita pahami bahwa seni itu juga salah satu pintu masuk untuk menghayati dan merasakan kehadiran atau sapaan Tuhan dalam hati? Dan lebih jauh lagi, bisakah situasi hati yang tersentuh dan bergetar karena keindahan itu juga kita hayati sebagai hidayah dari Tuhan?
Hati-hati. Tulisan ini bukan sebuah jawaban. Tapi sebuah tawaran untuk perenungan akan hidayah Tuhan dari sisi lain yang bernama seni. Mungkinkah?..Rahayu