Lelaki itu hanya menunduk
berlalu meninggalkan tapak luka
gundah menyelimuti perjalanan
tanpa batas tanpa kata akhir
Sang lelaki hanya diam
bak syair menunggu diungkap
bagai gending menunggu disimak
tanpa arah menepi belantara khidmat
Apa yang kau buntal dalam teduhmu
kenapa pula kau senyapkan bisu yang membiru
bukankah temaran telah tersenyum
kenapa kau campakan seyuman
Lihatlah betapa indah bibir itu
betapa lembut rambut itu menari dielus angin
lihat pula bening matanya
bukankah itu surgawi yang dijanjikan alam
Wahai lelaki malang
kenapa kau tinggalkan rasa sebelum bermakna
mengapa kau wedar sastra jendra
ketika kau tak sanggup merapalnya
Senja tak menuntut bela
tak menghiba kata mesra
dan senja menjadi bermakna
ketika dicumbu mesra sang sukma
Kau telah melaras tembang kemesraan
menerjang sekat penuh luka
menikam duka tanpa berkata-kata
datang lalu berlalu tanpa jejak
Sang lelaki sesaat menoleh
ragu membumi di batinnya
langkah kakinya tenang
menemui rasa yang hendak dicampakan
Sastra jendra kembali dia buka
dia simak dengan penuh keraguan
perjalanan pun menyisakan cemas
tanpa rundung luka dan merana.